Minggu, 13 September 2009

geostruktur

Aris kriswanto
Geofisika
08/270374/PA/12287
Banyak daerah di Indonesia mengalami kesulitan air untuk kebutuhan domestik khususnya pada musim kemarau. Daerah sulit air terutama disebabkan oleh keterbatasan keberadaan akuifer sistem pori, sehingga perlu dicari akuifer sistem celah yang terbentuk karena adanya air meteorik yang mengisi sistem fraktur. Untuk mendeteksi keberadaan sistem fraktur diperlukan suatu peta geologi dengan ketelitian yang cukup tinggi, padahal di daerah tropik basah seperti di Indonesia karena keterbatasan jumlah dan dimensi singkapan batuan, maka peta geologi yang diperoleh biasanya terlalu interpretatif.
Teknik nuklir yaitu teknik pemetaan radioaktivitas soil/batuan dan survei gas radon dapat membantu memecahkan persoalan tersebut. Hasil yang diperoleh dari penggunaan kedua teknik nuklir tersebut adalah informasi mengenai lokasi-lokasi keberadaan sistem fraktur yang berpotensi bertindak sebagai akuifer sistem celah. Untuk memperkuat dugaan keberadaan akuifer tersebut digunakan metode tidak langsung yaitu teknik geofisika konvensional, yang pembuktiannya dilakukan dengan pembuatan sumur eksplorasi yang sekaligus diharapkan dapat ditingkatkan menjadi sumur produksi.
Pertama yang dilakukan meliputi: analisis morfologi / foto udara, studi geologi / hidrogeologi regional dan data pendukung lainnya. Sasaran utamanya adalah mengetahui kondisi geologi / hidrogeologi, terutama: pola penyebaran formasi / satuan batuan, pola arah umum struktur geologi (patahan/lipatan), perkiraan daerah tangkapan/ resapan.
Analisis morfologi dilakukan melalui peta topografi skala 1 : 50.000 dan foto udara (bila diperlukan). Kondisi geologi / hidrogeologi regional, terutama diperoleh melalui peta-peta regional, terutama yang dipublikasikan oleh Direktorat Geologi. Pekerjaan ini akan dilaksanakan sebelum dimulainya pekerjaan lapangan.

Pemetaan topografi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah membuat peta topografi berskala 1: 5.000, sesuai dengan keadaan saat ini. Peta ini diperlukan terutama untuk korelasi hasil pemetaan geologi / hidrogeologi dan pembuatan penampang hasil survei geolistrik. Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan lini berturut-turut terdiri dari: orientasi lapangan termasuk penentuan titik ikat, koreksi arah U-S dengan menggunakan deklinasi matahari, pengukuran poligon, pengukuran situasi, pengolahan data pengukuran dilanjutkan dengan penggambaran peta topografi skala 1 : 5.000.Titik ikat diukur dengan menggunakan GPS, jika posisi titik triangulasi terlalu jauh dari lokasi pemetaan. Pengukuran poligon / situasi akan dilaksanakan dengan alat theodolit. Pada hakekatnya batuan / soil mengandung unsur U, Th dan K yang memancarkan radiasi y (gamma), besar kecilnya intensitas radiasi bergantung pada kandungan unsur-unsur tersebut pada batuan / soil.Batuan / soil sejenis di suatu daerah akan mempunyai nilai radioaktivitas yang relatif sama. Sasaran utama kegiatan pengukuran radioaktivitas ini adalah untuk mendapatkan sebaran batuan / soil dengan ketelitian relatif tinggi sebagai data dalam pembuatan peta geologi. Survei ini sangat bermanfaat untuk daerah-daerah seperti di Indonesia yang beriklim tropis basah sehingga langka singkapan batuan karena tertutup oleh soil.

Pemetaan geologi
Pemetaan geologi bertujuan untuk memperoleh informasi geologi permukaan. Hasil pemetaan akan digambarkan pada peta dasar skala 1: 5.000 (hasil pemetaan topografi). Peta ini terutama berisi: jenis dan sebaran satuan batuan di permukaan, struktur geologi (jurus dan kemiringan lapisan, jenis dan arah patahan, serta sumbu perlipatan). Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut - turut terdiri dari pendataan geologi permukaan, evaluasi data permukaan dilanjutkan dengan pembuatan peta geologi.
Pendataan geologi akan dilaksanakan oleh ahli geologi yang berpengalaman dengan metoda lintasan pengamatan. Pendataan lapangan terutama meliputi jenis batuan dan struktur geologi pada singkapan batuan.

Kesulitan air di suatu daerah terutama diakibatkan oleh kurang adanya sistem lapisan pembawa air (akuifer), oleh karena itu perlu di cari sistem lain yang dapat bertindak sebagai akuifer. Diasumsikan bahwa sistem fraktur/rekahan menghasilkan batuan dengan permebilitas sekunder yang relatif tinggi yang dapat bertindak sebagai akuifer sistem celah. Radon adalah anggota kelompok unsur yang meluruh secara alamiah dalam bentuk gas yang memancarkan sinar α (alpha). Anomali gas Radon dapat menggambarkan sistem fraktur bawah permukaan yang membentuk permeabilitas sekunder (akuifer sistem celah).
Survey geofisika terutama geolistrik
Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah untuk memperkuat dugaan keberadaan akuifer , dan kondisi geologi bawah permukaan. Hasil survei digambarkan dalam bentuk penampang tegak korelasi tahanan jenis batuan bawah permukaan. Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut-turut terdiri dari : penentuan lokasi titik sounding, pengukuran resistivitas di lapangan, analisis data pengukuran, pembuatan penampang-penampang resistivitas, pembuatan penampang-penampang tegak resistivitas batuan bawah permukaan, analisis dan korelasi geologi / hidrogeologi bawah permukaan.
Analisis terpadu ini ditujukan untuk menganalisis data pemetaan geologi dan hidrogeologi, serta hasil penyelidikan geolistrik yang dipertajam dengan survei teknik nuklir yaitu pengukuran radioaktivitas soil/batuan dan pengukuran intensitas gas radon.
Hasilnya adalah suatu kesimpulan tentang model akuifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan lokasi potensial untuk dilakukan pemboran eksplorasi airtanah-dalam. Penentuan lokasi pemboran berdasarkan hasil kegiatan pelacakan airtanah-dalam sebelumnya. Pekerjaan mobilisasi didahului dengan peninjauan awal lokasi dengan penekanan pada : cara kesampaian lokasi pemboran kondisi jalan yang akan dilalui), keberadaan sumber air pembilas dan cara pengadaannya serta ketersediaan sarana penunjang lapangan.
Persiapan pemboran meliputi : penyiapan lahan untuk operasi pemboran, pemasangan menara dan mesin bor, pembuatan kolam lumpur pemboran dan penyediaan air pembilas lumpur dan pemasangan pipa lindung permukaan (surface casing).
Selama operasi pemboran dilakukan pencatatan yang meliputi : tinggi muka airtanah dalam lubang pemboran, kecepatan penetrasi pemboran, sifat fisik lumpur pemboran dan indikasi zona - water losses/water flows.
Hasil pemeriksaan disusun dalam bentuk log litologi yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan desain konstruksi sumur bersama-sama dengan hasil diagrafi nuklir lubang bor
Diagrafi Nuklir Lubang Bor
Diagrafi nuklir lubang pemboran dilakukan pada lubang pemboran pilot hole, mulai dari permukaan sampai kedalaman total pemboran. Kegiatan ini dilaksanakan dengan peralatan diagrafi yang dilengkapi dengan probe (sonde) yang diantaranya meliputi : Gamma Ray, resistivity (short dan long normal), self potential dan neutron-neutron.
Dari hasil diagrafi nuklir ini dapat diketahui kedalaman akuifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan desain penempatan pipa-pipa saringan dan material selubung pada saat konstruksi sumur (desain konstruksi sumur).
Pekerjaan konstruksi sumur merupakan pekerjaan pemasangan pipa dan material selimut pipa di dalam lubang pemboran. Posisi pemasangan material-material di dalam lubang akan disesuaikan dengan desain konstruksi sumur, dapat mengalir bebas kedalam sumur tanpa hambatan.
Analisis terpadu dilaksanakan setelah selesai pekerjaan pembuatan sumur bor airtanah atau setelah memperoleh seluruh data lapangan dan laboratorium. Data analisa mencakup : hasil studi meja, hasil pelacakan, pemeriksaan keratan pemboran, pengujian geofisika lubang bor, parameter hasil uji pemompaan / uji kambuhan dan hasil analisa kwalitas air. Penekanan analisis adalah pada kondisi hidrogeologi umum, kondisi sumur dan kemampuan maksimum,disamping kwalitas air yang dihasilkan.

laporan lab juga

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA


Laporan Praktikum Fisika Dasar
PENARAAN TERMOMETER
(K.1.1)





Disusun Oleh

ARIS KRISWANTO

08/270374/PA/12287


YOGYAKARTA
SEPTEMBER
2009
PENERAAN TERMOMETER
(K.1.1)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termometer sudah tidak asing lagi di telinga kita.termometer digunakan untuk mengukur temperature atau alat ukur panas.termometer memiliki banyak jenis,salah satunya adalah thermometer batang.termometer ini yang yang paling banyak kita jumpai. ada pula thermometer badan.termometer ini kusus digunakan untuk mengukur suhu badan.kita tahu bahwa informasi keadaan suhu sangatlah kita butuhkan karena dengan mengetahui tingkat suhu kita dapat menyasuaikan dengan keadaan kita.dengan mengetahui tingkat suhu kita juga dapat meramalkan cuaca.
B. Tujuan Percobaan
Dapat melakukan peneraan termometer.
II. DASAR TEORI
Thermometer badan memiliki skala dari 35º C sampai 42º C sehingga tidak dapat ditera secara langsung dengan es yang mencair dan air yang mendidih. Thermometer badan dapat ditera dengan thermometer batang.
Untuk mendapatkan titik didih air harus diingat dan diperhatikan barometer dan table titik didih. Pada pembacaan barometer harus melakukan korelasi sebagai berikut :
h = ht (1-0,000163t) (1)
dengan h = tekanan barometer terkorelasi (sesungguhnya)
ht =tekana barometer terbaca
t = suhu kamar (percepatan grafitasi di laboratorium adalah 978 )
jika titik didih pada tekanan udara seperti persamaan di atas dan menurut tabel adalah TºC, sedang pembacaan thermometer batang didalam bejana didih bºC dan pembacaan didalam bejana es aºC, maka harga skala thermometer batang adalah
(2)
Bila thermometer batang yang dimasukkan dalam air hangat menunjukkan tºC maka temperature yang sesungguhnya diperoleh dari persamaan :
Tx =(t-a) ºC (3)
Koreksi thermometer batang adalah selisih antara suhu sesungguhnya dan suhu terbaca, jadi tx-t. jika temometer badan menunjukkan t maka koreksi thermometer badan adalah tx-t.
III. METODE EKSPERIMEN
A. Alat dan Skema Alat
1. bejana didih 3. Thermometer batang dengan skala -10º sampai 110º C
2. bejana es 4. Thermometer batang dengan skala 35º sampai 42º C


B. Prosedur Percobaan
1. masukkanlah thermometer batang kedalam bejana es yang berisi es yang sedang mencair. Catatlah pembacaan thermometer ini . ulangi percobaan ini 5 kali atau lebih.
2. masukkanlah thermometer batang kedalam bejana didih. Catatlah pembacaanya. Catatlah juga pada saat ini pembacaan barometer dan thermometer kamar. Ulangi percobaan ini 5 kali.
3. buatlah air hangat dalam bejana gelas dengan temperature diukur dengan thermometer badan kira kira 40ºC. masukkanlah thermometer batang dan thermometer badan bersama sama kedalamnya . catatlah pembacaan thermometer batang waktu thermometer badan menunjukkan 40ºC,39ºC,38ºC,37ºC,36ºC,dan 35ºC.
4. ulangi percobaan 3 beberapa kali.
IV. ANALISA DATA
Tekanan udara dapat diperoleh dngan membaca barometer dan melakukan koreksi pada tekanan yang terbaca berdasar pers (1). Bila T (dari tabel titik didih) dan a & b telah diketahui, maka skala pada thermometer batang dapat dihitung berdasar pers (2). Skala tersebut digunakan untuk mencari suhu sesungguhnya dari thermometer batang dan thermometer badan pada pers (3). Nilai kesetaraan antara thermometer batang dan thermometer badan dapat diperoleh dari grafik hubungan antara nilai suhu sesungguhnya dari kedua thermometer tersebut.
V. HASIL PERCOBAAN
t kamar = 27˚C
barometer = 759,5 mmHg
Tabel 1. Pembacaan thermometer batang pada Bejana Es
No a˚C
1 6
2 5
3 6
4 5
5 7
a = = 5,8
a ± Δa = 5,8 ± 0,5
Tabel 2. Pembacaan thermometer batang pada Bejana Didih
No b˚C
1 86
2 85
3 88
4 86
5 85
b = = 86
b ± Δb = 86 ± 0,5
Tabel 3. Pembacaan Termometer batang dan Termometer badan
N0 t˚C tx˚C koreksi t’˚C tx’˚C koreksi
1 40 42,55 2,55 40 42,55 2,55
2 39,5 41,92 2,42 39 41,3 2,3
3 38,5 40,68 2,18 38 40,06 2,06
4 37,5 39,44 1,94 37 38,81 1,81
5 36,5 38,19 1,69 36 37,57 1,57
6 36 37,57 1,57 35 36,33 1,33















m = m =
m = m = 1
m1 = m1 =
m1 = m1 = 1,02
m2 = m2 =
m2 = m2 = 0,8

Δm =
Δm = 0,91
m ± Δm = 1 ± 0,91
h = ht(1-0,000163t)
h = 759,5(1-0,000163x27)
h = 753,85 mmHg
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum peneraan thermometer in menggunakan metode perhitungan dan menggunakan grafik.dari grafik tersebut dapat diketahui nilai kesetaraan antara thermometer batang dengan thermometer badan.dalam praktikum ini keberhasilan praktikum sangat bergantung pada suhu dan tekanan udara dalam ruang tersebut.oleh karena itu kita tidak boleh melakukan praktikum ini di sembarang tempat.dengan metode grafik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. kelebihanya antara lain adalah
1. lebih mudah untuk dipahami
2. lebih cepat menentukan nilai
3. relative lebih sederhana dari pada metode lain
4. praktikan juga dapat mempunyai gambaran dari data yang telah didapatkan
sedangkan kelemahanya yaitu
1. hanya mencakup baberapa data
2. kesulitian dalam mencari garis terbaik
3. kekurang akuratan dalam menentukan nilai karena keterbatasan skala
dalam praktikum kali ini tujuanya adalah menera. yaitu memperkirakan suhu sebenarnya yang dimiliki suatu zat.dengan memperhatikan suhu ruang dan tekanan udara.dalam praktikum ini praktikan harus berhati hati,misalnya dalam mengukur suhu es mencair dan air mendidih. dalm hal ini kita tidak boleh menggunakan thermometer badan karena thermometer badan hanya memiliki skala antara 35˚C sampai 42˚C.dengan mengetahui koreksi thermometer kita juga dapat menentukan koreksi barometer dengan menggunakan tabel kesetaraan.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dan perhitungan data diperoleh hasil sebagai berikut :
Tekanan barometer terkoreksi atau yang sesungguhnya adalah 783,85 mmHg
nilai kesetaraan antara thermometer batang dengan thermometer badan adalah 1 ± 0,91
suhu es yang mencair = 5,8˚C ± 0,5˚C
suhu air yang sedang mendidih = 86˚C ±0,5˚C

VIII. REFERENSI
Halliday D,Resnick R.1995. Fisika.john wiley & son.


Yogyakarta, 11 September 2009
Asisten Praktikan

Aris Kriswanto

laporan tugas lab

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA


Laporan Praktikum Fisika Dasar
KELEMBABAN UDARA
(K.1.2)





Disusun Oleh

ARIS KRISWANTO

08/270374/PA/12287


YOGYAKARTA
SEPTEMBER
2009
KELEMBABAN UDARA
(K.1.2)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari kelembaban udara sadalah sesuatu yang sangat penting, karena ini akan sangat mempengaruhi temperature. Dalam atmosfer (lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban (lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara setempat. Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air. jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering.
B. Tujuan Percobaan
Menentukan kelembaban udara suatu ruangan.

II. DASAR TEORI
Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum . maka mulailah terjadi pengembunan. Temperature dimana terjadi pengembunan disebut titik embun.
Kelembaban mutlak adalah massa uap air dalam udara per satuan volume. Sedangkan kelembaban relative adalah perbandingan antara massa uap air per satuan volume dalam udara dengan massa uap air per satuan volume itu kalau tekananya sama dengan tekanan maksimum uap air pada temperatur udara, atau ditulis sebagai
Kelembaban relative =
Untuk menentukan tekanan uap air dalam udara, digunakan perumusan (Humpreys, 1940).
P=Pmax-0,00066 B(tk – tb) (1)



Dengan P = tekanan uap air dalam udara
Pm = tekanan uap air maksimum pada termperatur udara
B = barometer
tk = temperature yang ditunjukkan oleh tempreratur kering
tb = temperature yng ditunjukkan oleh temperature basah

III. METODE EKSPERIMEN
A. Alat dan Skema Alat
1. hygrometer putar (sling hygrometer) (lihat gambit 1)
2. hygrometer titik embun (dew pcint hygrometer) (lihat gambar 2)
3. tabel tabel




Sling Hygrometer Dew-Point Hygrometer


B Prosedur Percobaan
(1). Dengan sling hygrometer
1. catatlah suhu kamar dan kelembaban saat pengamatan dilakukan.
2. salah satu ujung thermometer dibashi dengan air sedang ujung yang lain dibiarkan kering.
3. sling hygrometer diputar selama 50kali putaran dan temperature kedua thermometer dicatat sebagai temperature kering(tk) dan temperature basah (tb).
4. langkah tersebut diulangi minimal 3 kali percobaan.
(2). Dengan dew point hygrometer
1. catatlah suhu kamar dan kelembaban saat pengamatan dilakukan.
2. cairan eter dimasukkan kedalam bumbung yang berdindsing luar mengkilat,tutup beserta termometernya.
3. eter dipaksa untuk menguap dengan cara memompa udara kedalam bumbung tersebut.
4. cata suhu thermometer saat dinding mulai berembun sebagai temperature kering(tk) dan saat mulai hilangnya embun sebagai temperature basah(tb).
5. langkah tersebut diulangi minimal 3 kali pengamatan.

IV. ANALISA DATA
Dalam percobaan ini, metode yang digunakan adalah metode perhitungan, yakni dengan mengolah data yang ada kedalam rumus yang dimiliki. Dari hasil pengamatan (B,tk,tb), hasil perhitungan P berdasar pers (1) dan hasil pembacaan tabel (pm, m) maka dapat dihitung “
˚ kelembaban relative = x 100%
˚ kelembaban mutlak = kelembaban relative x m
˚ titik embun =




Tabel
t = temperature, Pm = tek. max.uap air dalam mmHg
t˚C Pm Ρm x 10-6 t˚C Pm Ρm x 10-6 t˚C Pm ρm x 10-6
10 9,21 9,40 18 15,49 15,37 26 25,24 24,38
11 9,85 10,01 19 16,49 16,31 27 26,77 25,77
12 10,52 10,66 20 17,55 17,30 28 28,38 27,23
13 11,24 11,35 21 18,66 18,34 29 30,08 28,76
14 11,99 12,07 22 19,84 19,43 30 31,36 30,37
15 12,79 12,83 23 21,09 20,58 31 33,70 32,21
16 13,64 13,63 24 22,40 21,78 32 35,70 34,05
17 14,54 14,48 25 23,78 23,25
ρm = massa jenis uap air kenyang dalam gram/cm3






V. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
t = 28˚C,Pm = 28,38 mmHg, ρm = 27,23 x 10-6 gram/cm3
B = 76 cmHg = 76x 102 mmHg
Tabel 1. Menggunakan Sling Hygrometer

no tk (˚C) tb (˚C)
1 27 24
2 28 25
3 27 24
4 28 24
5 27 24
= 27,4
tb = = 24,2
tk ± Δtk = 27,4 ± 0,5
tb ± Δtb = 24,2 ± 0,5

P = Pm – 0,00066B(tk-tb)
P = 28,38 – 0,00066 x 76x102(27,4-24,2)
P = 12,33 mmHg
Kelembaban Relatif = x 100%
= x 100%
= 43,44%
Kelembaban Mutlak = Kelembabn Relatif x ρm
= 0,4344 x 27,23
= 11,83 mmHg
Titik embun =
=
= 25,8˚C




Tabel 2. Menggunakan Dew-Point Hygrometer
no tb (˚C) tk (˚C)
1 20 22
2 19 22
3 21 22
4 21 22
5 22 23

= 20,6
tk = = 22,2
tb ± Δtb = 20,6 ± 0,5
tk ± Δtk = 22,2 ± 0,5



P = Pm – 0,00066B(tk-tb)
P = 28,38 – 0,00066 x 76x102(22,2-20,6)
P = 20,35 mmHg
Kelembaban Relatif = x 100%
= x 100%
= 71,7 %

Kelembaban Mutlak = Kelembabn Relatif x ρm
= 0,717 x 27,23
= 19,52 mmHg
Titik embun =
=
=21,4˚C

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan metode perhitungan. yakni denan mengolah data yang ada ke dalam rumus yang dimiliki. metode perhitungan ini memiliki kelebihan dan kekurangnya masing masing. kelebihan dari metode ini adalah praktikan hanya sekedar memasukkkan data dalam rumus. praktikan juga tidak harus kesulitan menggambarkan grafiknya. kekurangan dari metode ini adalah kekurang akuratan hasil yang diperoleh. karena hanya terpaku pada rumus dn kurang terkontrolnya hasil percobaan. seharusnya ditambah dengan metode grafik agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan praktikan juga dapat melihat hubungan dari data data yang telah diperoleh dari percobaan yang dilakukan.
Praktikum ini menentukan kelembaban udara suatu ruangan.dengan cara meneliti terperatur di ruangan tersebut.karena temperature dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan kelembaban udara.praktikum kali inipun masih terjadi sedikit penyimpangan data dari yang seharusnya.hal ini dikarenakan oleh kurang ketelitian praktikan dalam mengambil data,terutama saat melihat hasil pembacaan thermometer.dan mungkin karena keadaanb temperature yang kurang stabil.
Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan perbedaan temperature yang tidak terlalu besar. hal ini dapat menunjukkan bahwa percobaan sudah mendekati kebenaran. dan setelah masuk dalam perhitungan hasilnya juga baik.uap air kenyang adalah keadan dimana yekanan uap air mencapai maksimum,sedangkan kelembaban mutlak adalah besarnya kelembaban udara yang seharusnya.jadi uap air kenyang sangat tergantung dengan kelembaban mutlak.jika tekanan uap air mencapai titik maksumum maka keadaan itulah akan terjadi pengembunan.hal ini di sebut titik embun.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dan perhitungan data diperoleh hasil sebagai berikut :
menggunakan Sling Hygrometer
tekanan uap air dalam udara = 12,33 mmHg
kelembaban relatif = 43,44%
kelembaban mutlak = 11,83 mmHg
titik embun = 25,8˚C


menggunakan Dew-Point Hygrometer
tekanan uap air dalam udara = 20,35 mmHg
kelembaban relatif = 71,7 %
kelembaban mutlak = 19,52 mmHg
titik embun = 21,4˚C

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Humpreys,W.J.1940.Physics of the air.The Maple Press Company.York.P.A,hal 15.

Yogyakarta, 11 september 2009
Asisten Praktikan


Aris Kriswanto